ANALISIS
KEWENANGAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM TERJUN LANGSUNG BLUSUKAN KE LAPANGAN
Diajukan
guna memenuhi syarat UTS mata kuliah
Etika
Administrasi
Dosen
pengampu :
Dr.
Selfi Budi H, M.Si
Drs.
Boedijono, M.Si
Dina
Suryawati, S.Sos, MPA
Oleh
Riska
Ayu Pradila
170910201004
Fakultas
Studi Administrasi Negara
Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas
Jember
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang berjuadul “ANALISIS
KEWENANGAN GUBERNUR DKI JAKARTA DALAM TERJUN LANGSUNG BLUSUKAN KE LAPANGAN” ini
dengan lancar.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Etika
Administrasi Universitas Jember.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan
waktu, perhatian, serta bimbingannya dalam penyelesaian makalah ini.Penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
serta dukungannya hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Saya
mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Penulis juga menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi kesempurnaan
penyusunan selanjutnya.
Jember, April 2019
Penyusun
Riska Ayu Pradila
DAFTAR ISI
COVER...........................................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................
PENDAHULUAN..........................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................
PEMBAHASAN.............................................................................................
PENUTUP .....................................................................................................
Kesimpulan.......................................................................................................
Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jokowi, pejabat yang rela masuk gorong-gorong
Merdeka.com
Bukan
pemandangan aneh, jika seorang presiden, menteri ataupun gubernur mengunjungi
sebuah daerah yang dilanda bencana. Sebab sebagai pemimpin, hal itu lumrah dan
memang sepatutnya mereka lakukan. Kehadiran mereka pun dinantikan korban
bencana. Dengan harapan memberikan solusi dalam penanganan bencana.
Contohnya
saja bencana banjir di Jakarta. Peristiwa itu bukan yang pertama kali
terjadi. Setiap tahunnya, Ibu Kota Indonesia ini sudah langganan dengan
genangan air. Berulang kali menteri terkait sudah turun ke lapangan dan berusaha
mencari solusi. Biasanya mereka mengitari lokasi banjir dengan rakit atau
perahu karet. Ada juga yang ikut nyemplung ke dalam genangan air. Hal yang sama
juga dilakukan para gubernur Jakarta. Tapi tetap saja banjir masih hobi merendam
kota metropolitan ini.
Bisa
jadi titik masalah penanganan banjir tidak kunjung ditemukan karena kunjungan
para pejabat negara itu hanya sebuah mini safari. Maksudnya, mereka hanya
sekadar datang, meninjau dari jauh, berbincang dengan perangkat daerah setempat
seperti RT/RW, menyapa warga, meminta sabar, menebar janji, kemudian pulang.
Padahal di sisi lain, warga berharap kehadiran mereka memberikan solusi jangka pendek
yang segera terealisasi.
Tak
ingin dicap sebagai pejabat malas, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo memilih tak
sekadar kunjungan formal. Dia bergerak cepat saat air mulai merendam Jakarta. Titik
yang dianggap jadi penyebab utama banjir dikunjunginya dan diberikan solusi
jangka pendek. Mantan Wali Kota Solo ini rela basah-basahan terkena hujan yang
turun bersamaan saat dia meninjau lokasi banjir di daerah Kedoya, Jakarta Barat
beberapa waktu lalu.
Tak
hanya itu, Rabu (26/12) kemarin, pria yang akrab disapa Jokowi
itu benar-benar menunjukkan niat seriusnya memerangi banjir di Jakarta. Dia
rela masuk ke dalam gorong-gorong yang ada di kawasan Jl MH Thamrin. Blusukan
ke gorong-gorong itu bukan tanpa alasan. Sebab pada hari Jumat dan Sabtu lalu,
ruas jalan itu nyaris lumpuh dari lalu lalang kendaraan akibat genangan air.
Untuk memastikan anak
buahnya telah membersihkan gorong-gorong dari sampah, maka Jokowi melakukan
pengecekan langsung.
Hasil
kunjungan Jokowi tak sia-sia. Dia kaget melihat kondisi gorong-gorong. Lebar
gorong-gorong tak sebanding dengan kapasitas daya tampungnya. "Di bayangan
saya, di bawah jalan-jalan di DKI ini besar-besar, bisa untuk sepakbola, tapi kenyataannya
diameternya cuma 60 centimeter," ujar Jokowi.
Jokowi
yang masih mengenakan seragam dinas Korpri dan sepatu kets, tak terlihat
canggung saat masuk ke dalam gorong-gorong. Sedangkan Kepala Dinas PU Ery
Basworo berada atas tepatnya di bibir
permukaan gorong-gorong. Keduanya terlibat tanya jawab. "Berpikir jangka
pendek. Sambil pasang pompa lah, di pemadam, PU semua dikeluarkan di 4 titik,
yaitu HI, Trisakti, Gatsu dan Senayan," imbuhnya. Usai naik ke atas,
Jokowi langsung ngemper di trotoar. Dia menjelaskan hal-hal apa yang haris
segera dilakukan untuk menambah daya tampung air ketika hujan deras kembali
melanda Jakarta.
Terlepas
dari urusan pencitraan atau tidak, tentu saja apa yang dilakukan Jokowi sangat
jarang ditemui di kalangan pejabat yang sekarang ini mengaku mengabdi untuk
rakyat dan negara. Pejabat saat ini lebih memilih bertugas di balik meja dan
menginstruksikan anak buahnya untuk meninjau ke lapangan. Kesederhanaan, cara
kerjanya, sikap rendah hati Jokowi, membuatnya selalu mendapat tempat di hati
masyarakat. Adakah pejabat yang ingin menyontek gaya Jokowi ini?
PEMBAHASAN
Analisis
Salah satu permasalahan yang sulit
dihadapi bagi ibu kota DKI Jakarta adalah banjir. Banjir ibu kota adalah hal lumrah
dan langganan terutama pada saat musim penghujan. Banyak yang melatar belakangi
terjadinya hal tersebut, salah satunya adalah permasalahan saluran air yang
menghadapi banyak kendala. Proyek light rail transit (LRT) Jakarta dan ruas Tol
Dalam Kota yang melintas di kawasan Kelapa Gading ikut menjadi sebab. Asisten
Perekonomian dan Pembangunan Jakarta Utara Suroto menyatakan, proyek-proyek
tersebut mempersempit dan menutup tali air yang membuat air tak bisa mengalir
ke saluran air yang lebih besar. Selain itu, lebar gorong-gorong yang tak
sebanding dengan kapasitas daya tampungnya. Lebar diameter gorong-gorong DKI
hanya sekitar 60 centimeter dan diperparah dengan sumbatan sapah sehingga
banjir tidak dapat dihindari. Dari hal tersebut dibutuhkan sebuah metode
kekuasaan yang dapat membuat pemecahan masalah yang baik. Kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah lakunya
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang memiliki kekuasaan itu
(Miriam Budiardjo).
Pada era kepemimpinan Joko Widodo
sebagai gubernur DKI Jakarta pada kurun waktu 2012 hingga 2014, tidak sedikit
perubahan pada wajah ibu kota. Hal ini tercermin dari tindakan sang bupati yang
cekatan dan tegas dalam menanggapi setiap permasalahn yang muncul. Jokowi pun
lebih dikenal suka bekerja langsung terjun ke lapangan. Saat mengatasi
permasalahan banjir, tanpa pikir panjang beliau langsung turun tangan dan masuk
ke dalam gorong-gorong untuk mengetahui dengan pasti kaadaan yang ada. Jokowi
menggap dengan cara ini ia dapat mengetahui dengan pasti kaadaan yang terjadi
dan dapat mengambil langkah yang tepat dapam pemecahn masalah tersebut.
Menurut PP Nomor 33, Jokowi sebagai wakil
pemerintah pusat telah menjalankan tugasnya sebagai Bupati yaitu melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap
penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota yang ada di wilayahnya.
Motitoring yang dilakukan Jokowi dengan langsung melihat kaadaan gorong-gorong
adalah salah satu cara melihat sebab akibat saat hendak mengambil kebijakan
sehingga kesalahan awal dapat diketahui dan dapat dilakukan tindakan perbaikan
yang dapat menekan resiko yang lebih besar. Selain itu, saat Jokowi sudah mengetahui
apa yang terjadi. sebagai bupati ia dapat memberdayakan dan memfasilitasi
daerah kabupaten/ kota di wilayahnya sehingga permasalahan gorong-gornong yang
menjadi salah satu kendala terjadinya banjir dapat tepat sasaran dalam
pelaksanaannya.
Jokowi
sebagai wakil pemerintah pusat berhak mempergunakan wewenangnya yaitu: a.
membatalkan peraturan daerah kabupaten/kota; b. memberikan penghargaan atau
sanksi kepada bupati/wali kota terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan
daerah; c. menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi pemerintah
antardaerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi; d. memberikan persetujuan
terhadap rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang pembentukan dan
susunan perangkat daerah kabupaten/kota; dan melaksanakan wewenang lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika hasil akhir dari pemecahan
masalah tersebut sesuai atau tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Saat
Joko Widodo naik sebagai Presiden RI, posisi kedudukannya digantikan oleh Basuki
Tjahaja Purnama. Di era kepemimpinannya, Basuki Tjahaja Purnama atau yang
sering disapa Ahok juga mengalami permasalahan serupa mengenai gorong-gorong.
Ahok menegaskan dia tidak akan meniru gaya kepemimpinan Joko Widodo (Jokowi)
saat menjabat sebagai gubernur yang mengecek langsung ke gorong-gorong. Ahok,
sapaan akrab Basuki, menyerahkan pembersihan saluran air yang tersumbat sampah
dan kabel itu kepada petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU). Ahok
mengatakan, saat Jokowi mengecek gorong-gorong di Jl Sudirman beberapa tahun
lalu, belum ada petugas PPSU. Sehingga Jokowi harus masuk ke dalam
gorong-gorong. Namun, sekarang, telah ada puluhan ribu PPSU yang siap
menanganinya.
Tindakan
yang dilakukan oleh Joko Widodo saat menjabat sebagai gubernur tersebut sudah
tepat dengan langsung mengadakan blusukan untuk mendapatkan kepastian atas
kaadaan yang sebenarnya terjadi. Gaya kepemimpinan Jokowi yang lebih suka untuk
blusukan membuat kharisma tersendiri yang ada pada dirinya sebagai seorang
pemimpin. Perihal kharisma, Weber memberi pengertian “suatu sifat tertentu dari
suatu kepribadian seorang individu berdasarkan mana orang itu dianggap luar
biasa dan diperlakukan sebagai seorang yang mempunyai sifat unggul atau paling
sedikit dengan kekuatan-kekuatan yang khas dan luar biasa”. Meskipun dipandang
sebagai seorang gubernur ibu kota, Jokowi tidak merasa segan untuk melihat
langsung kaadaan gorong-gorong. Hal tersebut mengubah pandangan masyarakat dari
pemimpin yang ingin dilayani menjadi pemimpin yang siap melayani. Jokowi menunjukkan
bukti-bukti yang hebat dan relatif langka dalam melaksanakan tugasnya sebagai
gubernur, maka akan semakin tinggi pula legitimasi yang akan diperolehnya
sebagai elit yang berkuasa.
PENUTUP
Kesimpulan
Setiap
pemimpin memiliki ciri khasnya tersendiri dalam kepemimpinannya. Gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh setiap pemimpin tercermin dari tindakan yang
dilakukan saat menjalankan tugas kepemimpinan. Hal yang dilakukan Jokowi saat
menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta merupakan salah satu contoh penerapan
dari gaya kepemimpinan kharismatik. Kepemimpinan kharismatik menurut Weber
“suatu sifat tertentu dari suatu kepribadian seorang individu berdasarkan mana
orang itu dianggap luar biasa dan diperlakukan sebagai seorang yang mempunyai
sifat unggul atau paling sedikit dengan kekuatan-kekuatan yang khas dan luar
biasa”. Tindakan Jokowi yang suka blusukan dan tanpa segan untuk masuk ke
gorong-gorong memunculkan perspektif bahwa jokowi memiliki sifat kepemimpinan
Kharismatik.
Saran
Gaya
kepemimpinan dan tindakan yang dilakukan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta
sudah tepat. Terbukti mulai tertata dan membaiknya muka ibu kota. Hal tersebut
patut untuk menjadi contoh bagi pemimpin
pemerintahan lainnya untuk kemajuan daerahnya. Mengingat Jokowi sudah tidak
menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, diharapkan pemimpin selanjutnya dapat
melakukan hal yang lebih baik lagi demi kemajuan ibu kota.
Daftar Pustaka
https://www.merdeka.com/jakarta/jokowi-pejabat-yang-rela-masuk-gorong-gorong.html
27 Desember 2012,
20 April 2019
https://setkab.go.id/pp-no-332018-inilah-tugas-dan-wewenang-gubernur-sebagai-wakil-pemerintah-pusat/
Sekretariat Republik Indonesia 26 Jul 2018, 20 April 2019
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/31/07412251/saat-proyek-infrastruktur-dinilai-jadi-penyebab-banjir. Kompas.com 20 April 2019
https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/31/07412251/saat-proyek-infrastruktur-dinilai-jadi-penyebab-banjir. Kompas.com 20 April 2019
Komentar
Posting Komentar